Sunday 18 August 2013

Hanya "Pelaku MLM" atau "Business Owner"?


“Mbak, pelaku MLM itu, bukan business owner loh! Pelaku tuh ya pelaku aja! SALES! Yang kaya ya yang punya perusahaan MLM itu, bukan kamu! Mau-maunyaaa….”
Demikian komentar salah satu pengamat bisnis yang saya tekuni 1.5 tahun ini, bisnis Oriflame via d’BC Network.
Saya sih tenang saja :)
Dasteran dengan income per bulan kira-kira bisa buat beli motor 2 biji, ditransfer ke rekening emak-emak kayak saya ini, masih bisa cium-cium gendong-gendong anak bayi saya, bisa nemenin bobok siangnya, bisa nyuapin makannya, buah saya menjadi SALES itu seperti beliau bilang :D
Gak masalah dibilang sales, saya bangga kok jadi sales, saya juga sambil jualan kue alias sales kue, wkwkwkw :)
Emang kenapa? :D Sales juga profesi halal dan tidak melanggar hukum.
Sebagian besar team saya ibu-ibu rumah tangga loh pak, lumayan kaan dari rumah, dapet sejuta dua juta, 5 juta, 9 juta, dan seterusnya sesuai dengan kerjanya. Musim harga-harga naik begini, bisa berkontribusi bantu-bantu keuangan keluarga. Iyaa kaaan? Gak bisa jadi anggota DPR untuk protes BBM naik, inilah yang bisa kami lakukan dari rumah :)
Tapi boleh lah ya kita berbagi, apa yang membuat saya melirik bisnis ini dan kemudian fokus dan serius mengerjakannya.
Kalau dibilang ngenakin upline aja, sudah saya buktiin, gak masalah kapan bergabungnya, kalau mau kebut, bisa banget cepet berhasilnya, gak tergantung apa level uplinenya, kita bisa memiliki level yang lebih tinggi.
Kalau dibilang hanya menguntungkan yang punya perusahaan MLM dan kita hanya sales, bukan business owner? 
Menurut sudut pandang saya yang orang dasteran alias ibu rumah tangga biasa (saya belum pinter analisa dengan hukum ekonomi atau perbisnisan yang lebih rumit hehehe), ketika saya akan menekuni sesuatu pasti saya punya tujuan:
- Segi waktunya bagaimana? Saya punya anak-anak kecil di rumah, saya gak punya mbak yang menginap.
- Segi pertumbuhan hasilnya bagaimana? 
- Adakah orang yang sudah nyata-nyata berhasil di bidang itu?
Kalau sudah 3 hal itu saya sreg, ya saya BUDHAL, alias berangkat, jalan!
Pinter ngomong, pinter presentasi, pinter dandan (karna perusahaannya produksi kosmetik dan body care) itu bisa dipelajarin sambil jalan. Cara tupo, merekrut dan membina gimana? Iya sambil jalan bisa dipelajari, don’t worry.
Saya juga bakul kue, home industry kue dari rumah, jadi ya tau, bagaimana memproduksi produk dari 0 sampai produk jadi, sehingga bisa sampai ke konsumen. Saya mengalami dua-duanya, antara memproduksi sendiri dan tidak :)
Nah sepertinya, masih ada saja yang menganggap bahwa “kalau kamu tidak memproduksi sendiri barang yang kamu jual, kamu BUKAN BUSINESS OWNER”, seperti statement di awal tadi.
Padahal nihh, kalo lagi belanja bulanan ke G*ant, siapa bo yang bikin itu barang belanjaaan berjejer-jejer rapih di rak2 yang tersedia? Pemilik G*ant kaah? BUKAN.
Ke pasar dehhh, mau beli ikan. Itu ikaaan yang nangkep yang jualan kaahh? BUKAN.
Beli bawaaang, “bang bang, abang nanem sendiri ini bawang?”, “Engga neng”, kalo gitu abang bukan business owner bang! Abang tuh cuma SALES bawang tau gak bang!”wkwkwkwkw diusirrrr ama abangnya :D
Ya kalo segala-gala yang kita jual mesti kita yang memproduksi, ya capek :) Kalo di pelajaran Ekonomi dulu, di antara produsen dan konsumen itu ada distributor.
Lihat deh jaman sekarang, ibu-ibu kreatif (apalagi ibu-ibu d’BCN, bisa membangun jaringan lewat BB-nya aja, hihihii), yang mereka dengan gadgetnya aja, modal BB dan FB, bisa jualan baju, jualan makanan, jualan popok, jualan mainan anak! itu SALES! itu REJEKI!
Namanya business owner bukan sih? Saya yakin ibu-ibu ini jualan ya jualan aja, nggak pusing dengan istilah business owner atau bukan, hehehe… Sebaik-baik bisnis adalah yang dimulai, bukan dianalisa melulu, sampe gak jalan-jalan….
Kalo di bisnisnya mbak bagaimana?
Saya business owner dari JARINGAN yang saya kembangkan. 
Dari jaringan yang saya BINA, sampai mereka mandiri dan mengerti jalannya bisnis ini bagaimana.
Demikian juga dengan leader-leader saya. Mereka adalah owner dari jaringan yang mereka bentuk, yang mereka tabur, pupuk, rawat, sehingga akhirnya bisa menuai hasilnya. Dari menabur sampai menuai, itu ada kerjanya.
Ibarat saya punya 1 gerobak jual gorengan, kalau 1 gerobak omsetnya 500ribu, maka supaya punya omset 500juta, saya harus punya seribu gerobak. Di bisnis jaringan,  itu mungkin, penghasilannya adalah percepatan.
Pemilik perusahaan Oriflame kaya? Lha ya HARUSSS itu!! wkwkwkw… Biar fasilitasnya makin lengkap dan memudahkan para konsultannya.
Ya kalo bertambah kaya Alhamdulillah, terimakasih Oriflame, terimakasih d’BCN, sudah membuat peluang seperti ini, buat ibu-ibu dengan mobilitas terbatas kayak saya, orang rumahan kayak saya, bisa punya penghasilan seperti eksekutif-eksekutif yang di kantor-kantor itu, dari rumah saja. Suksesnya rame-rame. Bisa membantu orang lain berpenghasilan juga, tanpa saya pusing:
- Memikirkan inovasi produk
- Memikirkan sistem bagi hasil
- Memikirkan packaging
- Memikirkan delivery
- Memikirkan bikin flyer yang bagus
- Memikirkan transfer penghasilan ke leader2 saya
- Memikirkan membuat training untuk rekan-rekan kerja saya., dll
Karena semua sudah ADA TERSEDIA, tinggal kita manfaatkan dan maksimalkan penggunaaanya. Hemat waktu, hemat energi, bisa alokasi waktu yang lain untuk keluarga :)
Dibilang bukan business owner atau bukan, yah itu sih cuma istilah aja, punya penghasilan segini per bulan, udah lumayan, udah banyak bikin perubahan di hidup saya ke arah yang lebih baik. Bukan hanya title business owner atau bukan yang jadi concern ketika kita berbisnis, bukan hanya uangnya, tapi juga ilmunya, networkingnya, nambah kenalan, nambah persaudaraan, bisa aktualisasi diri, bisa melakukan hal-hal yang dulu tidak bisa menjadi bisa.
Dibilang sales atau bukan, dengan karir saya di Oriflame ini, bisa bawa suami pergi keluar negeri, alhamdulillah banget, tahun depan insyaAllah giliran anak dan ibu saya yang akan saya ajak :) . Saya suka kok travelling keliling Indonesia. Tapi kalau dapet gratis travelling keluar negeri dengan tinggal siapin paspor aja, yah mau banget. Itu ada di bisnis saya ini.
Coba berfikir lebih panjang kalaulah disini dibilang bukan business owner…
Cari pendapatan sebanyak-banyaknya dari bisnis ini. Disini mau penghasilan berapapun ngga dilarang kok :) Lalu OLAH penghasilan tsb menjadi BISNIS LAIN, mau jadi juragan kontrakan kaah (aiihh cita-cita saya banget, aamiin), mau beli kebon berhektar-hektar ditanemin duren kaah, mau bisnis jual beli kasur kah, MONGGO, the choice is yours.
Banyak leader-leader yang sudah sukses, punya kos-kosan, punya kontrakan, punya bisnis catering, punya bisnis kue, punya kolam lele dan gurame (yang terakhir ini cita-cita Paki, wkwkwkw).
Bisa diolah jadi apa saja. Bisnis ini adalah income generatornya… :) Dan Income generator ini BISA DIWARISKAN ke ANAK CUCU kita nantinya.
Intinya, dari bisnis MLM bisakah jadi BUSINESS OWNER? 
Bisa banget…. :)
Yulia Riani, Qual. Senior Diamond Director

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
JIKA ANDA BERGABUNG BERSAMA KAMI DI d’BC NETWORK
ANDA AKAN MENDAPATKAN LEBIH BANYAK CERITA SERU & MENARIK
DARI SETIAP LIPUTAN, SHARING, DAN MOTIVASI
DARI PARA LEADERS d’BC NETWORK ;-)
Klik “Daftar Disini” untuk bergabung!
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

No comments:

Post a Comment