Friday 6 December 2013

Kosmetik & Perawatan yang Tidak Diperbolehkan Selama Masa Kehamilan

(Skincare & Treatment Don’ts During Pregnancy)

Penulis: Fitria Kirana (moderator forum Mommiesdaily.com, ibu 4 anak)

Kadang karena sudah terbiasa dan cocok dengan produk-produk perawatan yang rutin dipakai sehari-hari, saat hamil kita lupa mengecek, apakah kandungan yang terdapat di dalam produk-produk tersebut aman untuk ibu hamil. Yang paling berat biasanya produk-produk anti jerawat yang sudah setia menemani kulit kita yang pada dasarnya acne-prone. Sisi baiknya, kalau hoki, saat hamil perubahan hormon menjadikan kulit lebih mulus, lembap, dan bebas jerawat. Pada saya, kehamilan menghilangkan ‘bruntusan’ yang nampaknya permanen, dan menjarangkan jerawat. Ketahuan, kan, kenapa saya anteng hamil melulu? Hahaha.

Bahan-bahan yang disarankan untuk dihindari biasanya yang mudah terserap ke dalam darah sehingga bisa terbawa ke janin dan menimbulkan gangguan pada perkembangannya. Beberapa kandungan produk perawatan, dan treatment yang sebaiknya dihindari saat hamil diantaranya seperti:

1. RETINOL, RETINOID, ISOTRETINOID (ACCUTANE), dkk

Derivatif dari vitamin A yang biasa terdapat dalam produk anti jerawat ini terkenal keras untuk ibu hamil. Berita beberapa waktu lalu bahkan menyebutkan bahwa seorang ibu yang terus menggunakan produk-produk berbahan ini selama hamil harus membayar mahal dengan mengaborsi janinnya karena mengalami cacat bawaan yang parah karena positif mengalami fetal retinoid syndrome.

Cacat bawaan yang berhubungan dengan fetal retinoid syndrome meliputi: hidrosefalus, mikrosefali, gangguan kecerdasan, kelainan telinga dan mata, bibir sumbing dan gangguan pada wajah lainnya, dan cacat jantung. Isotretinoin dapat menyebabkan cacat lahir pada minggu-minggu awal kehamilan, bahkan sebelum kehamilan diketahui. Jadi untuk yang sedang TTC (trying to conceive) sebaiknya sudah menghindari produk-produk dengan kandungan ini. Suplemen vitamin A juga harus dikonsultasikan ke dokter kandungan bila ingin terus diminum.

2. SALICYLIC ACID ATAU BHA

Bahan ini biasanya digunakan dalam toner rangkaian produk perawatan muka dan peeling. Kandungan asam salisilat dalam toner pembersih yang digunakan 1-2 kali sehari ditemukan tidak cukup banyak untuk menimbulkan masalah serius pada janin. Tapi lain halnya pada produk peeling yang penggunaannya lebih lama dan kandungan BHA-nya lebih pekat. Konsultasikan pada dokter kulit dan dokter kandungan bila harus menggunakan produk berbahan ini, ya.

3. PRODUK PELANGSING

Yang membuat produk pelangsing menjadi berbahaya untuk ibu hamil di antaranya adalah kandungan kafein yang fungsinya melarutkan lemak. Walaupun kafein dalam jumlah kecil, seperti dua cangkir kopi sehari masih diperbolehkan, tapi kandungan yang dipakai untuk produk pelangsing nampaknya jauh lebih besar sampai dimasukkan dalam kategori bahaya. Selain kafein, ada beberapa produk yang memiliki kandungan herbal juga yang belum melalui penelitian menyeluruh atas efek sampingnya.

Selain masalah kandungannya, obat pelangsing biasanya melebarkan pembuluh darah dan mempercepat metabolisme. Pada ibu hamil yang secara alami pembuluh darah sudah lebar dan beresiko hipertensi gestasional (penyakit darah tinggi yang timbul pada masa kehamilan saja), dengan makin lebarnya pembuluh jadi makin berbahaya.

4. PIJAT

Walau pijat sangat dianjurkan untuk ibu hamil, tapi ada beberapa area pijat yang sebaiknya dihindari. Misalnya daerah perut dan punggung bawah. Kurang lebih di selingkaran daerah rahim. Pijatan di daerah ini ditakutkan berpengaruh langsung ke rahim. Tapi kalau pijatnya lembut tetap boleh, kok.
O, ya, pijat semacam refleksi atau akupuntur di daerah telapak kaki juga tidak disarankan karena beberapa titiknya juga tersambung ke daerah rahim.

Hati-hati juga dengan minyak aromaterapi yang biasanya dipakai memijat atau menjadi pewangi ruangan tempat pijat karena ada beberapa minyak yang tidak disarankan untuk ibu hamil. Diantaranya: clary-sage, savory, sage, rosemary, cypress, kayu manis, basil, pennyroyal, hyssop, myrrh, adas (fennel), peppermint, thyme, origanum, melati, juniper, marjoram, rose (mawar).

5. PRODUK PEWARNA DAN PERAWATAN KUKU

Bahan-bahan yang harus dihindari dari produk-produk perawatan kuku adalah:
- DBP (dibutyl phthalate).
- Toluene
- Formaldehyde, yang lebih dikenal dengan formalin.

DBP dapat menyebabkan masalah produksi hormon pada janin, toluene menyebabkan masalah reproduksi, sakit kepala, mata gatal dan lain-lain, dan formaldehyde dapat menyebabkan masalah pernapasan dan bahkan kanker.

Pastikan mengecek label pewarna dan produk-produk kuku lainnya sebelum menggunakan, ya, Mommies. Karena produk yang saya punya, justru top coat yang menulis peringatan supaya tidak digunakan oleh ibu hamil, sementara pada pewarna malah tidak ada (berbeda merek sih memang keduanya).


daftar pustaka:
Safe skin care during pregnancy -->http://tinyurl.com/5vzahl
Fetal retinoid syndrome --> http://tinyurl.com/lltk8t4
Can I Use Nail Polish While Pregnant? -->http://tinyurl.com/28yvulm
Mommiesdaily forum thread Bumil’s Skin Care & Treatment – Do’s and Dont’s -->http://femaledaily.com/showthread.php?t=2190

sumber: www.mommiesdaily.com

Perlukah Bayi SEKOLAH?


Kalau mendengar kata sekolah, kok, sepertinya serius sekali ya? Murid harus duduk manis sambil mendengarkan guru mengajar. Soal materi pelajarannya, kalau tidak menulis, membaca, mencongak, berhitung. Aduh masak bayi harus menjalani semua itu. Jangan khawatir, yang namanya sekolah bayi tidak seperti sekolah pada umumnya. Setidaknya ada beberapa perbedaan yang mendasar.

Salah satunya, bentuk fisiknya. Sekolah/kelas bayi pasti dirancang sedemikian rupa sehingga aman. Semua dinding dan lantainya dilengkapi sejenis matras untuk meminimalkan risiko kecelakaan pada bayi yang keterampilan motoriknya memang belum sempurna. Tenaga pengajarnya pun paham betul mengenai pendidikan anak usia dini, termasuk soal tumbuh kembang bayi dan cara menstimulasi kemampuan bayi setiap tahapan usia.

Hal lain yang perlu diketahui, esensi sekolah bayi sebenarnya bukan untuk si bayi, tapi lebih bagi orangtua atau pendampingnya. Lantaran itu, menjadi syarat mutlak bagi orangtua/pendamping untuk ikut belajar di dalam kelas bersama Si Kecil. Lagi pula attachments bayi pada orang terdekatnya masih tinggi. Bilamana ia harus bersekolah bersama bayi-bayi lain dan guru yang belum akrab dengannya, bisa dipastikan kegiatan belajar di sekolah tersebut tidak akan sukses karena bayi tidak merasa nyaman dan aman. Dengan begitu, pendamping bisa sekaligus belajar mengenai tahapan perkembangan anak dengan cara menstimulasinya. Ini semestinya menjadi sebuah keuntungan bagi pendamping, khususnya orangtua.

MENJAWAB KEBUTUHAN

Keberadaan sekolah bayi, menurut Tari Sandjojo, Psi., seorang praktisi pendidikan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), sebenarnya merupakan jawaban dari kebutuhan orangtua zaman sekarang yang yang umumnya pasangan bekerja dan sibuk seharian sehingga tidak memiliki waktu banyak untuk menstimulasi bayinya. Lantaran itu, beberapa orang tua berpikir, "Lebih baik bayiku berada di suatu lingkungan yang kaya dengan stimulasi ketimbang hanya di rumah bersama pengasuh."

Tari sepakat dengan pemikiran seperti itu. Terlebih di sekolah bayi, beberapa bayi yang memang membutuhkan bisa mendapatkan aneka stimulasi yang lengkap. Contohnya sarana untuk merangkak di pasir, di rumput, dan mainan tentunya. Memang, pengasuh pun bisa melakukan stimulasi, tapi tentu ia tidak dapat dituntut banyak. Sementara, orangtua bisa menuntut apa yang telah dijanjikan sekolah bayi padanya.

BAYI MANA YANG PERLU SEKOLAH?

Ada beberapa kriteria bayi yang sebaiknya "disekolahkan", yakni:

1.Bayi yang kurang mendapatkan stimulasi yang sesuai dengan usianya. Beberapa ciri bayi seperti ini adalah tampak pendiam, pasif, takut berlebihan bila bertemu orang asing.

2. Bayi tampak agresif, rewel atau pembosan

3. Bayi yang perkembangannya tidak sesuai dengan usianya (bisa dicek di Kartu Menuju Sehat/KMS yang biasanya diberikan RS/Dokter/Puskesmas). Misal, pada usia 5 bulan belum bisa menggenggam mainan atau biskuit, usia 8 bulan belum bisa mengeluarkan suara seperti "Ma..ma..." atau belum bisa berdiri sambil berpegangan.

Kapan Si Kecil sudah bisa kita ikutkan sekolah, menurut Tari tidak ada patokan. Namun biasanya sekolah bayi menerima bayi yang minimal sudah bisa duduk.

TIPS MENCARI SEKOLAH BAYI

Sebelum mencari sekolah untuk bayi, cari tahu dulu kebutuhan Si Kecil; apa yang ingin dikembangkan, mana yang perlu diperbaiki dengan melihat apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan Si Kecil. Setelah itu baru melakukan investigasi ke sekolah-sekolah. Beberapa hal ini sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan:

1. Cari sekolah yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Tanyakan program yang ditawarkan di sekolah tersebut. Contoh; jika di rumah Si Kecil tidak punya kesempatan untuk bermain di luar ruang. Maka carilah sekolah yang banyak kegiatan di luar ruang, bermain pasir, main di rumput, main air, misalnya.

2. Pastikan Si Kecil happy bersekolah di situ.

3. Pastikan sanitasi di kelas dan sekolah baik.

4. Tenaga pengajar sebaiknya selain memiliki latar belakang pendidikan anak usia dini, juga sudah dikaruniai anak. Pada umumnya mereka akan memiliki naluri keibuan, kepekaan, kehati-hatian, dan pemahaman akan kondisi bayi secara lebih baik. "Masalah-masalah seperti ini tidak bisa didapatkan di sekolah setinggi apa pun," ujar Tari.

5. Pastikan fasilitas pendukung "belajar", terutama yang dibutuhkan si kecil, lengkap dan tercukupi dengan baik.

TIPS PENTING LAIN:

- Jika yang menjadi pendamping Si Kecil di sekolah bukan orangtua, jalinlah komunikasi dua arah secera intens dengan sekolah. Selalu cari tahu apa yang sudah diberikan sekolah kepada bayi, acara apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana perkembangan kondisi serta keadaan bayi dari hari ke hari.

- Jangan lupa meminta tip dari sekolah/guru untuk diterapkan di rumah sebagai PR kita, apa-apa yang sudah dilakukan di sekolah dan yang mana yang bisa dilakukan di rumah. Juga tanya bagaimana memodifikasi kegiatan di sekolah yang tidak bisa dilakukan di rumah, supaya bisa tetap kita terapkan pada Si Kecil di rumah.

- Yang mesti dihindari oleh pendamping ataupun orangtua, "adalah membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain." Justru yang mesti kita lakukan adalah, lanjut Tari, mempertajam dan menguatkan kemampuannya, serta memperbaiki kekurangannya. Ingat tiap anak itu berbeda dan unik.

DILAKUKAN DI RUMAH

Sasaran sekolah bayi adalah memberikan stimulasi sebanyak-banyaknya kepada anak, dan mengoptimalkan perkembangan sesuai dengan usia masing-masing anak. Jadi yang dilakukan di sekolah bayi adalah:

1. Mengasah dan mengoptimalkan kemampuan motorik. Ini adalah hal pokok yang menjadi sasaran utama sekolah bayi. Bagaimanapun, perkembangan motorik di usia 0-1 tahun adalah hal yang utama. Dari motorik kasar hingga motorik halus.

2. Merangsang panca indera. Ini adalah pekerjaan yang pasti dilakukan sebuah sekolah bayi. Sebab di usia ini panca indera seorang manusia mulai berkembang, khususnya penglihatan, pendengaran, dan perabaan.

3. Melatih bayi bersosialisasi dengan lingkungan. Maksudnya adalah melatih bayi bisa menerima keadaan lingkungan, melihat banyak orang, mendengar suara-suara ramai, keras, kencang, misalnya.

Memang benar ketiga poin itu kita semua sudah mengetahui dan mengenalnya. Tapi yang menjadi persoalan belum banyak orangtua yang menjalankannya. Sebabnya, orangtua tidak tahu bagaimana memberikan stimulasi kepada ketiga poin tersebut pada anak.

Nah, dengan ikut sekolah bayi, selain si kecil akan mendapatkan ketiga hal ini dengan baik. Juga orangtua bisa mengetahui bagaimana cara dan triknya melakukan hal tersebut. Barulah jika orangtua sudah tahu, "Sebenarnya menyekolahkan bayinya sudah tidak perlu dan penting lagi," kata Tari. Terlebih sekarang, sudah banyak buku dan bacaan yang bisa dijadikan kamus untuk melakukannya. Tinggal apakah kita punya waktu, kesempatan, dan komitmen untuk melakukan hal tersebut dengan baik di rumah setiap hari?

sumber: www.ibudanbalita.com